Keluargaku

Keluargaku

Kamis, 31 Maret 2011

Litani


Litani Serba Salah Seorang Pastor

Kalau pastornya muda, dibilang masih blo’on.
Kalau pastornya tua, sebaiknya pensiun saja.
Kalau khotbah terlalu panjang, dibilang menjengkelkan.
Kalau khotbahnya cepat, “Kok, kayak kereta ekspres”.
Kalau mulai misa tepat waktu, katanya kaku.
Kalau terlambat, “Idiih, pastornya malas”.
Kalau di kamar pengakuan menasehati, katanya banyak omong.
Kalau sebaliknya, dibilang tidak tanggap.
Kalau mengikuti pendapat umat, dibilang tidak punya pendirian.
Kalau mengikuti pendapat sendiri, dicap diktator.
Kalau keuangan paroki mepet, katanya pastor tak pintar usaha.
Kalau ngomongin soal uang, dibilang mata duitan.
Kalau mengadakan misa lingkungan, katanya tak pernah kunjungan keluarga.
Kalau mengunjungi keluarga, “Kapan sih pastornya misa lingkungan?”
Kalau pastor tak ada di pastoran, dicap tukang ngeluyur.
Tapi kalau selalu ada, dibilang pastor kurang pergaulan.
Kalau memperhatikan anak-anak, dibilang “Masa kecil kurang bahagia”.
Kalau memperhatikan Mudika, giliran orang tua ngegosip.
Kalau nonton TV, dibilang enak-enakan.
Kalau tidak, dibilang enggak mengikuti zaman.
Tapi….
Kalau pastornya mati, siapa yang mau ganti?

Burung Bangau


Burung bangau di antara burung pipit

Burung-burung pipit memakan padi yang siap dipanen oleh petani. Petani mengusir mereka dengan teriakan dan memukul genderang, tetapi sia-sia. Petani itu kemudian memasang jala untuk menangkap burung-burung itu. Banyak burung tertangkap termasuk seekor bangau.
Bangau meminta kepada petani untuk melepaskan dirinya, “Saya datang ke kebunmu hanya melihat-lihat. Saya tidak memakan padimu. Lepaskan saya.”
Petani tidak peduli dengan penjelasan bangau. “Benar, engkau bukan burung pemakan padi. Benar juga engkau tidak merusak padiku, tetapi engkau bersama-sama dengan para perusak padiku. Oleh karena itu, engkau juga bersalah.”
Akhirnya bangau mengalami nasib yang sama dengan burung-burung pipit.


Seseorang dikenal karena kebersamaannya dengan suatu kelompok


(Kutipan: cercah-cercah hikmah)

PARENTING : 7 CEKLIST YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENDETEKSI AUTIS SECARA DINI.

oleh KORAN FESBUK pada 31 Maret 2011 jam 13:39
Banyak orangtua yang tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa anaknya menyandang autis.Padahal bila autis dideteksi secara dini, maka bisa membuat peluang anak autis untuk mandiri lebih besar.Setidaknya ada 7 ciri utama autisme.Diperkirakan sekitar 67 juta orang di dunia menyandang autis. Autisme diyakini sebagai gangguan perkembangan serius yang meningkat paling pesat di dunia.Hingga kini, tidak diketahui secara pasti penyebab penyakit tersebut dan belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun, deteksi dan penanganan dini akan membantu perbaikan perkembangan anak penyandang autis.

"Dari studi lebih dari 20 tahun yang dilakukan Robins D dkk dalam 'The Modified Checklist for Autism in Toodlers, Journal of Autism and Development Disorders' ada 7 checklist yang bisa digunakan untuk mendeteksi autis secara dini," jelas Gayatri Pamoedji, SE, MHc, Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).
7 ciri utama untuk mendeteksi anak autisme, yaitu :
  1. Apakah anak Anda memiliki rasa tertarik pada anak-anak lain?
  2. Apakah anak Anda pernah menggunakan telunjuk untuk menunjukkan rasa tertariknya pada sesuatu?
  3. Apakah anak Anda menatap mata Anda lebih dari 1 atau 2 detik?
  4. Apakah anak Anda meniru Anda? Misalnya, bila Anda membuat raut wajah tertentu, apakah anak Anda menirunya?
  5. Apakah anak Anda memberi reaksi bila namanya dipanggil?
  6. Bila Anda menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan, apakah anak Anda melihat pada mainan tersebut?
  7. Apakah anak Anda pernah bermain 'sandiwara' misalnya berpura-pura berbicara di telepon atau berpura-pura menyuapi boneka?
Seorang anak berpeluang menyandang autis jika minimal 2 dari pertanyaaan diatas dijawab TIDAK.

Tidak semua anak yang berpeluang menyandang autis memenuhi kriteria autis. 7 ciri utama ini digunakan agar orangtua dan guru waspada untuk segera memeriksa dan mendiagnosa anak yang berpeluang autis kepada dokter terdekat.

Modified Checklist for Autism in Toodlers bisa digunakan untuk mendeteksi gejala autis untuk anak usia 18 bulan atau sebelum 3 tahun. Karena gejala autisme biasanya tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun.Bila orangtua sudah bisa mendeteksi gejala autisme secara dini maka mereka akan memiliki peluang yang semakin besar untuk membuat anaknya menjadi mandiri.

"Yang penting membuat anak mandiri dan jauhkan mitos-mitos yang salah tentang autis. Punya anak autis memang berat tapi bukan akhir dari segalanya. Setipis apapun, harapan itu pasti ada," tegas Gayatri yang juga seorang ibu dari remaja penyandang autis.

KF-Koran Warga/v/detikhealth