Keluargaku

Keluargaku

Selasa, 26 April 2011

Yesus dari Nazareth Yesus yang Tak Bertopeng

Pesan Uskup Agung Samarinda: Yesus dari Nazareth Yesus yang Tak Bertopeng

26 April 2011 15:27

(Samarinda 24/4/2011)SETIAP tahun, perayaan Paskah datang. Perayaan keagamaan bagi umat Kristiani yang dimulai dari Kamis Putih, Kamis di mana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya di malam perjamuan terakhir. Sebuah peristiwa yang menyuratkan wejangan tentang kasih, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama. Ini adalah Pekan Suci yang memiliki banyak pesan moral bagi umat manusia.
Banyak hikmah dalam rentetan sepekan, di mana Yesus ditangkap, disalibkan, sampai Ia bangkit.  Ketika perjamuan malam itu selesai dan Yesus pergi berdoa di Taman Getsemani, ihwal tentang kesengsaraan-Nya pun dimulai.
Setelah berdoa di Taman Getsemani, serdadu suruhan imam Yahudi datang bersama Yudas Iskariot --seorang murid Yesus yang mengkhianatinya lewat sebuah ciuman. Seperti tertulis di Yohanes 18:5-9, kepada para serdadu, Yesus yang sudah mengetahui hal itu berkata, "Siapakah yang kamu cari?" Para serdadu itu menjawab, mereka mencari Yesus dari Nazareth.
"Akulah Dia," jawab Yesus. Di hadapan murid-murid-Nya, pertanyaan itu dua kali diulang. Yesus tetap menjawab, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka (murid-murid Yesus) pergi." Yesus melanjutkan kalimatnya, "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan binasa."
Sikap Sang Anak Manusia yang menjadi panutan. Yesus betul-betul membela para murid-Nya. Dia tidak mau bertopeng. Menunggu sana-sini, menunjuk sana-sini. Dia benar-benar bertanggung jawab dan tidak ingin murid-murid-Nya ikut dalam kesengsaraan, Jumat itu.
Bagaimana sekarang? Bagaimana ketika kita bersalah? Masihkah kita mencari orang lain untuk disangkut-pautkan? Perlukah berusaha menyembunyikan diri, entah itu dalam bisnis, politik, bahkan dalam gereja? Tak perlu bertopeng, sama seperti yang Juru Selamat lakukan.

***

Yesus membawa perdamaian bagi seluruh umat ke dalam satu gerakan. Dia tidak melayani orang Yahudi saja, tetapi semua manusia di bumi. Ketika Minggu, tiga hari setelah dia disalibkan, Maria Magdalena ingin merempahi tubuh-Nya. Tetapi, Maria tidak menemukan jasad Yesus di makam, melainkan bertemu seseorang di kebun yang tak lain adalah Yesus. Jadilah Maria Magdalena pewarta pertama bahwa Dia telah bangkit, yang hari ini, dirayakan seluruh umat Kristiani.
Selama 40 hari, sebelum kenaikan-Nya, Yesus tetap membina murid-murid-Nya. Yesus yang sudah mati dan kemudian bangkit, tidak lupa dengan para murid-Nya sebagai orang-orang terdekat. Begitulah semestinya kita, yang tidak melupakan orang-orang terdekat untuk selalu menyampaikan kasih kepada sesama.
Bagi umat Kristiani di Kaltim, filosofi Membangun Kaltim untuk Semua sudah sangat tepat. Kita membangun dengan bangganya, bukan untuk segelintir orang. Mereka yang terpencil dan susah, mereka yang belum bersekolah, itulah yang harus mendapat perhatian kita. Perhatian bagi sesama manusia, seperhatiannya Yesus kepada murid-murid-Nya dalam masa 40 hari setelah Paskah.
Demikian, lewat perayaan Paskah ini, kita dapat terus saling berbagi dengan kasih, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama. Mari terus berdamai dan bersatu membangun gerakan bersama; membangun Kaltim yang kita cintai. Selamat Paskah.
(kaltimpost.co.id)

Mirifica News

Minggu, 17 April 2011

3 Tahap perjalanan Cinta

3 tahap perjalan cinta

1.     Kelemahlembutan : yaitu jaminan yang membesarkan hati " saya selalu di sampingmu.saya selalu memperhatikanmu"
2.     Dorongan : yaitu jaminan yang diberikan berulang kali, yang memberikan tambahan kekuatan dan menimbulkan rasa mantap 
3.     Tantangan : yaitu dorongan yang amat kuat yang diwarnai kasih sayang untuk melalukan sesuatu

Hari - hari

 
Dalam hidup ini hanya ada 3 hari, yaitu   Yang pertama;   Hari kemarin. (PAST)   Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan; dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja...  
Yang kedua:   Hari esok. (FUTURE)   Hingga mentari esok hari terbit, Anda tak tahu apa yang akan terjadi. Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja...   
Yang tersisa kini hanyalah :   Hari ini. (PRESENT)   Pintu masa lalu telah tertutup; Pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini; hari ini yang abadi. Menyia-nyiakan Waktumu adalah menyia-nyiakan hidupmu, tetapi menguasai waktumu adalah menguasai hidupmu.   
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda. Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri   Jadi teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan SEKARANG juga !    
Sumber : inspirasi

Jumat, 15 April 2011

Otobiografi ROSIHAN ANWAR


Rosihan Anwar Pergi Mendadak

Sabam Siagian

Rosihan Anwar, wartawan super-senior Indonesia, meninggal mendadak pada Kamis pagi, 14 April 2011, di Rumah Sakit MMC Jakarta. Tanggal 10 Mei nanti dia akan merayakan ulang tahunnya ke-89.
Meskipun pernah secara guyon saya ucapkan ketika merayakan ulang tahunnya ke-88, 10 Mei 2010, di Hotel Santika Jakarta: ” Old journalists never die, they keep on writing ...”—kita tentunya sadar bahwa umur manusia ada batasnya.
Setelah operasi jantung yang dijalani Bung Rosihan di Rumah Sakit Harapan Kita tanggal 24 Maret lalu, ia secara perlahan berangsur pulih. Hampir setiap hari saya jenguk dia. ”Bagaimana Bung, kata pengantarmu telah selesai?”
Beberapa hari sebelum masuk rumah sakit, Bung Rosihan sempat menyelesaikan naskah yang dia sudah janjikan: menceritakan kisah percintaannya dengan Zuraida Sanawi—istrinya tercinta— ketika tahun-tahun revolusi (1945-1949) dan pernikahan mereka selama berpuluh tahun mengatasi berbagai kesulitan, antara lain diberedelnya koran Pedoman pada tahun 1961 dan untuk selamanya pada 1974.

”Belahan Jiwa”
Pusing juga memikirkan pendekatan apa dan bagaimana yang perlu diterapkan sehingga sambutan saya (untuk buku tersebut) agar tidak sekadar bernada sentimental. Begitu banyak cerita percintaan diterbitkan dalam berbagai bentuk.
Apa yang khas tentang percintaan antara pemuda Rosihan Anwar dan pemudi Zuraida sejak mereka berkenalan pada tahun 1943, ketika mereka sama-sama bekerja di koran Asia Raya di Jakarta? Yang khas adalah setting -nya bahwa hubungan mereka mekar ketika memuncaknya revolusi Indonesia, dan kemudian menikah di Yogyakarta, ibu kota perjuangan, pada 1947. Ida mengungsi di Yogya sebagai penyiar siaran bahasa Inggris, The Voice of Free Indonesia , karena nada suaranya menarik dan paham bahasa Inggris.
Rosihan Anwar di Jakarta sebagai wartawan harian Merdeka . Setiap malam ia setel gelombang radio mendengar siaran dari Yogyakarta dan mendengar suara kekasihnya Zuraida: ”This is the Voice of Free Indonesia.” Adakah cerita yang menandingi tingkat romantika sekaligus bersifat politis seperti cerita Rosihan-Zuraida itu?
Karena itu, dalam kata sambutan pada buku Belahan Jiwa yang akan diterbitkan oleh penerbit Kompas-Gramedia, saya membandingkannya dengan karya besar Boris Pasternak, Doctor Zhivago , suatu cerita cinta kasih penuh derita dalam setting revolusi Rusia yang jauh lebih dahsyat dan lebih mengerikan dibandingkan dengan revolusi Indonesia.
Adalah manusiawi kalau para sahabat Rosihan Anwar mengharapkan bahwa dia masih sempat merayakan ulang tahunnya ke-89 dan masih sempat hadir dalam peluncuran buku Belahan Jiwa . Pasti dia akan puas dan bangga. Bagaimanakah kita akan mengenang Rosihan Anwar, wartawan super-senior Indonesia ini, yang sampai minggu-minggu terakhir hidupnya masih tetap produktif?
Pertama-tama, agaknya sulit dicari sosok wartawan/redaktur yang memiliki pendidikan yang cocok (sebagai siswa sekolah menengah atas berbahasa Belanda sebelum Jepang menduduki Jawa pada 1942, ia menguasai bahasa Inggris, Jerman, dan Perancis), memori yang kuat, daya pantau yang tajam, pandangan yang kritis mendekati sarkastis, dan kemahiran menulis secara cepat, gaya sederhana dalam bahasa Indonesia yang serba rapi.
Fikri Jufri yang bertahun-tahun jadi pemimpin redaksi mingguan berita Tempo, tahun 1967, pernah bekerja di harian Pedoman dengan Rosihan Anwar sebagai pemimpin redaksi. Ia masih ingat betapa Bung Rosihan, setelah agak termenung, menulis tajuk rencana secara nonstop kira-kira dalam 20 menit dengan penutup yang kena sasaran.

Sumber inspirasi
Aspek-aspek apa lagi dari profil Rosihan Anwar yang ingin saya lihat diwarisi generasi muda wartawan Indonesia?
Persatuan Wartawan Indonesia, sebagai keputusan Hari Pers Nasional di Palembang pada 9 Februari 2010, memutuskan untuk menyelenggarakan program singkat kewartawanan di berbagai ibu kota provinsi guna menanggapi keluhan mengenai rendahnya kualitas jurnalistik Indonesia. Saya diminta sebagai pengajar mata pelajaran Hubungan Media dan Pemerintah. Setengah jam terakhir dari alokasi waktu dua kali dua jam, saya sisihkan bicara tentang profil Rosihan Anwar.
Biografi singkat yang telah dipersiapkan dibagi-bagikan. Kemudian saya tekankan aspek-aspek dari profilnya yang perlu diteladani para wartawan muda: cermat mengikuti peristiwa, rekam tanpa emosi berlebihan, jangan kacaukan fakta dan tulis dalam gaya bahasa yang rapi dan padat. ”Dan, kalau kalian memang mau tetap menekuni bidang jurnalistik ini sampai hari tuamu, tetaplah menulis.”
Sekolah Jurnalisme Indonesia dengan program padat selama dua minggu telah diselenggarakan di Palembang (tiga angkatan), Semarang, Bandung, dan Samarinda. Tiap kali saya sajikan profil Rosihan Anwar supaya moga-moga dia jadi panutan dan sumber inspirasi.
Kesetiaan pada profesi kewartawanan dan ketekunan menulis adalah warisan berharga yang ditinggalkan almarhum Rosihan Anwar. Kita yang beruntung sempat mengenalnya wajib meneruskannya kepada generasi muda wartawan Indonesia.
Terima kasih Bung RA atas jasa Anda.

Sabam Siagian Redaktur Senior Harian The Jakarta Post


TAJUK RENCANA

Menyuarakan Hati Nurani   (15-4-2011)
Sebagai corong hati nurani masyarakatnya, wajar dan seha- harusnya media bicara. Menulis dan menayangkan kekurangan adalah jati diri cara kerja media.
Maka, ketika seolah-olah kritik media mendapati pintu terpalang, keadaan itu perlu disikapi secara cerdas. Terus melakukan kritik dengan cara, gaya, dan pintu masuk lain. Ketuk terus, ya memang! Dan, pada saat yang sama, terus mencari kiat yang tepat tanpa melanggar kode etik.
Taruhlah contoh kasus rencana pembangunan gedung baru DPR. DPR bergeming atas kritik masyarakat dan media. DPR bersikukuh melanjutkan pembangunan, entah karena kepalang basah sudah mengucurkan dana, entah sudah melupakan nurani bersih. Perkembangan berikutnya, Ketua DPR diadukan kepada Badan Kehormatan DPR. Kasus rencana gedung DPR berikut epilog yang terus bergulir menegaskan perlunya kerja sama media dengan lembaga lain. Media bukan lembaga swadaya masyarakat, sebaliknya dalam merealisasikan suara hati nurani senantiasa perlu partner. Media tak bisa bekerja sendirian.
Beragam jenis peranan media, tetapi rasanya menyuarakan hati nurani merupakan inti peran media. Menerjemahkan peran dalam dunia yang berubah cepat, dalam kondisi jungkir balik perkembangan masyarakat, menuntut keteguhan. Seorang wartawan tidak lagi cukup terampil, tetapi juga punya hati dan lentur dalam meniti buih perkembangan masyarakat.
Kewartawanan Rosihan Anwar yang meninggalkan kita boleh disebut sebagai teladan. Teladan ketekunan, kesetiaan pada hati nurani, seorang pekerja otak (kognitaritat) yang penuh empati pada persoalan masyarakatnya. Dia mendekati segala persoalan dengan kacamata hati dan jiwa penghargaan manusia dan kemanusiaan.
Ketekunan mencatat data dan persoalan, menyampaikannya kembali dalam bingkai pemaknaan, membuat tulisannya sarat pesan. Ia kembangkan profesi wartawan sebagai panggilan hidup, tak sekadar pekerjaan atau karier.
Dengan jiwa itulah, pada usia senja hampir 89 tahun, menjadi wartawan sejak usia 20 tahun, bahkan pada saat-saat akhir menjelang kepergiannya, ia masih membaca naskah akhir buku memoarnya bersama almarhumah istri Ida Sanawi yang direncanakan terbit 10 Mei 2011.
Memungut contoh kasus matinya nurani DPR dan kepergian wartawan besar Rosihan Anwar, maksud kita mengangkat kembali peranan strategis profesi jurnalistik. Sengaja tak mengutip kalimat bijak ahli komunikasi, catatan ini hanya ingin mengingatkan kembali pentingnya kerja sama dunia jurnalistik dengan lembaga lain.
Dalam kondisi serba cepat berubah dan serba digital, tetaplah informasi yang terpenting. Informasi menjadi bermakna ketika ditempatkan dengan manusia dan kemanusiaannya sebagai batu penjuru dan batu sendi.
Rosihan Anwar plus-minus tetap menyorongkan keteladanan, tidak saja dalam hal lengkapnya perjalanan hidup sebagai wartawan tiga zaman, tetapi terutama dalam hal memaknai profesi jurnalistik.


Senin, 11 April 2011

Tips Rahasia Hidup Beruntung

 
Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial-bermasalah. Memang Ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.   Berdasarkan hasil penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial. Keempat faktor tersebut adalah:   1) Sikap terhadap peluang Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Sebaliknya, kelompok Orang yang sial memiliki perasaan dan sikap yang lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.   2) Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari "good feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.   3) Selalu berharap kebaikan akan datang Orang yang beruntung ternyata selalu bersikap positif terhadap kehidupan. Berprasangka dengan optimis bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain.   4) Mengubah hal yang buruk menjadi baik Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: "wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu". Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit". Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.     Jadi, menurut Profesor Richard Wiseman => rahasia orang yang berUntung adalah cukup sederhana. Dikatakannya, hampir semua orang normal juga bisa beruntung. Termasuk Anda. Apakah sudah Siap mulai menjadi si Untung? First, Open your Mind, and Enjoy your life……     sumber: unknown
 

Sabtu, 09 April 2011

Mengingat Nama

9 Cara Mengingat Nama

1. Selalu sebut namanya ketika sedang berbicaraAda juga orang yang cenderung sulit mengingat nama orang. Nah, sebelum keburu lupa, sebut saja namanya ketika Anda sedang bercakap-cakap dengannya. Katakan, misalnya, "Diana, kamu sudah coba makanannya? Cicipi bareng yuk, Di!"
2. Buat komentar tentang nama tersebut
Banyak orang yang memiliki nama yang pasaran, atau justru nama unik yang jarang ditemukan. Bila Anda bertemu seseorang dengan nama yang sedikit sulit diingat, cobalah mengaitkannya dengan orang lain yang bernama sama. "Oh, namamu Naomi? Sepupuku juga ada yang namanya Naomi."
3. Minta orang tersebut untuk mengeja namanya
Seringkali saat berkenalan kita saling bersalaman, namun menyebutkan nama masing-masing dengan hanya bergumam. Kesannya, basa-basi banget. Mungkin Anda melakukannya karena berpikir, toh tak akan bertemu lagi. Tetapi bila Anda harus terus berhubungan dengan orang tersebut, mintalah ia untuk mengulangi namanya. "Eh, siapa namamu tadi? Tulisannya gimana?"
4. Mintalah kartu namanya
Paling tak nyaman rasanya ketika Anda berusaha keras mengingat nama seorang teman lama, tapi tak berhasil. Ketimbang Anda sok tahu dan asal menyebut nama, lebih baik tawarkan kartu nama Anda, dan minta juga kartu namanya. "Kamu sekarang bekerja dimana? Minta kartu namanya, dong!" Mudah, kan?
5. Tanya bagaimana ia mendapat namanya
Banyak orangtua yang memberikan nama anak sesuai peristiwa yang sedang terjadi, atau dengan nama tokoh tertentu. Jika Anda merasa mengenali nama tersebut, coba ungkapkan pikiran Anda ini. Misalnya, "Namamu Beatrix? Kayak nama Ratu Belanda itu?"
6. Katakan apa yang pernah Anda dengar mengenai teman baru Anda tersebut
Mungkin Anda baru bertemu seseorang yang namanya sebenarnya sudah sering Anda dengar. Untuk mengonfirmasi hal ini, katakan saja, "Oh... kamu Firman yang di MIS itu? Yang anak buahnya Mas Dika?"
7. Sebutkan juga nama Anda
Meski Anda sudah menanyakan ulang nama orang yang baru Anda kenal, seringkali orang tersebut tidak cukup peduli untuk mengingat nama Anda. Bila hal ini terjadi, dan Anda khawatir akan mendapat kesulitan jika orang itu tidak tahu siapa yang harus ditemuinya untuk keperluan tertentu, sebut saja nama Anda berulang-ulang. "Ya sudah, nanti kalau mau ngasih laporannya, langsung ke aku aja, ya? Aku Tika."
8. Akui saja bahwa Anda lupa namanya
Bila Anda sudah berusaha mengingat-ingat nama lawan bicara Anda, dan Anda merasa tak enak karena ia tampaknya masih ingat sekali nama Anda, akui saja terus terang. "Sori, aku lupa namamu." Teman Anda pasti akan senang memberitahukannya pada Anda. Atau, jika tampaknya ia juga lupa, katakan lebih dulu nama Anda. "Aku Riri. Sori, namamu siapa?" Atau, jika ia kebetulan sedang mengalihkan perhatian, Anda bisa menggaet teman lain yang ada di sebelah untuk mengingatkan nama orang tersebut. "Eh, aku lupa, namanya dia siapa sih?"
9. Ulangi nama panggilannya saat akan berpisah
Katakan saja kalimat simpel sebagai pengingat, seperti, "Sampai ketemu lagi ya, Bram!" Atau, bila memungkinkan tanya juga nama lengkapnya. Cara ini akan memberi peluang pada Anda untuk menanamkan nama tersebut ke dalam memori.


Sumber: Shine

Senin, 04 April 2011

Date with a Woman

 
Terjemahan bebas dari cerita "Date with a Woman" dari MHQ.   Setelah 21 tahun Perkawinan kami, Istri saya ingin saya untuk membawa perempuan lain untuk pergi makan malam dan menonton sebuah film. Dia mengatakan, "Aku mencintaimu, tapi aku tahu Perempuan lain ini mengasihimu dan dengan penuh cinta menghabiskan banyak waktunya untukmu". Perempuan lain yang Istri sebutkan untuk saya kunjungi adalah IBU saya sendiri, yang telah menjadi janda selama 19 tahun, tetapi karena tuntutan kerja saya dan tiga Anak-anak telah membuat saya hanya mungkin untuk mengunjunginya sesekali saja.   Malam itu aku menelepon untuk mengajak Ibu pergi keluar untuk makan malam dan menonton sebuah film. "Apa ada yang salah, apa kau baik-baik saja", dia bertanya ? Ibu saya adalah tipe Wanita yang akan curiga bila pada sebuah panggilan di tengah malam ataupun ajakan yang tiba-tiba, adalah sebuah pertanda adanya berita yang tidak baik. "Saya berpikir bahwa akan menyenangkan bila kita bisa pergi keluar makan-malam bersama-sama", jawab saya. "Hanya kita berdua". Dia memikirkan hal itu sejenak, dan kemudian berkata, "Aku akan sangat senang sekali".   Hari Jumat itu sepulang kerja, saat aku berkendaraan untuk menjemputnya Saya sedikit Gugup. Ketika saya tiba di rumah, aku menyadari bahwa dia juga tampaknya Gugup . Dia menunggu di depan Pintu . Dia telah menata rambutnya dan memakai pakaian yang juga telah dipakainya untuk merayakan ulang-tahun pernikahannya yang terakhir kali. Dia tersenyum dengan wajah bersinar-sinar seakan-akan seperti wajah dari seorang malaikat. "Saya mengatakan kepada teman-teman bahwa aku akan pergi dengan anak-ku, dan mereka semua terkesan", Dia mengatakan itu, saat ia masuk ke Mobil. "Mereka tidak sabar untuk mendengar cerita tentang pertemuan kita". Kami pergi ke sebuah restoran yang, meskipun tidak mewah, sangat bagus dan nyaman. Ibu saya mengandeng lengan saya dan berjalan seolah-olah Dia adalah seorang 'First Lady'.   Setelah kami duduk, aku memilih Menu yang terdapat pada sebuah papan menu dengan tulisan-tulisan yang besar yang terdapat di dekat pintu masuk, aku mengangkat mataku dan melihat Ibu duduk di sana menatapku. Sambil tersenyum mengenang nostaligia kejadian dulu. "Dulu, aku yang harus memilihkan Menu ketika kamu masih kecil", Katanya. 'Kalau begitu, sekarang waktunya anda boleh bersantai dan membiarkan aku untuk memilihkan menunya untukmu", Aku menjawab.   Selama makan malam, kami melakukan percakapan yang menyenangkan, tidak ada yang Luar Biasa, hanya membicarakan kejadian yang dialami baru-baru ini satu sama lain dalam hidup kami. Kami berbicara begitu banyak sehingga kami ketinggalan untuk menonton film. Ketika kami tiba di rumahnya, Dia berkata, "Aku ingin pergi berjalan-jalan bersamamu lagi, tetapi hanya jika kamu membiarkan saya yang mengajakmu". Aku setuju.   'Bagaimana dengan acara makan malamnya ?", tanya istriku begitu aku sampai di rumah. "Sangat menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari yang aku bisa bayangkan", jawabku. Beberapa hari kemudian, Ibu saya meninggal karena serangan jantung mendadak. Itu terjadi begitu tiba-tiba, sehingga aku tidak punya Waktu untuk melakukan apa pun untuknya.   Beberapa waktu kemudian, saya menerima surat dengan bukti pemesanan di sebuah restoran, dari restoran, tempat yang sama Ibu dan aku makan. Sebuah Catatan Terlampir: "Saya membayar pemesanan ini didepan. Saya tidak yakin bahwa saya bisa berada di sana; Namun demikian, saya dibayar untuk Dua porsi -- Satu untukmu dan yang satunya lagi untuk istrimu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa berartinya Malam itu bagiku. Aku mencintamu Anakku." Pada saat itu, aku memahami betapa Pentingnya mengatakan padanya : "I LOVE YOU!" dan untuk memberikan cinta kita kepada mereka dan mengatakan bahwa mereka yang pantas menerimanya. Tidak ada hal lain dalam Hidup ini yang lebih penting daripada Tuhan dan keluarga Anda. Memberi mereka waktu anda, selagi ada, karena ada beberapa hal yang tidak dapat kita katakan 'Masih ada banyak waktu lain." Teruskanlah ini Untuk Semua Orang, Untuk Anak, Untuk Pasangan, Untuk Sahabat, Dan paling penting, Untuk seseorang yang anda Cintai.     kiriman dari Rudy Japutra 
 

Minggu, 03 April 2011

Mahkota Duri

Duri Mahkota Tuhan Yesus Akan Dipamerkan British Museum

30 Maret 2011 08:33

(29/3/2011)British Museum akan menggelar sebuah pameran peninggalan sejarah yang dinilai cukup berani bahkan akan menjadi pusat perhatian dunia. Peninggalan yang akan dipamerkan tersebut adalah peninggalan yang diyakini sebagai duri dari mahkota Tuhan Yesus yang setelah cukup lama disimpan dengan aman di sebuah sekolah Jesuit Inggris selama 200 tahun.
Dirilis Daily Mail, Relikui yang diyakini sebagai duri dari mahkota Tuhan Yesus itu disimpan di Stonyhurst College, Lancashire, selama 200 tahun terakhir. Duri itu dililiti dengan benang yang dipintal bersama mutiara milik Mary Queen of Scots (Ratu Maria dari Skotlandia). Menurut sumber sejarah mahkota duri itu katanya disita dari Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Romawi, dalam Perang Salib Keempat dan kemudian dijual kepada Raja Louis IX dari Prancis selama dia berada di Venesia.
Raja Louis menyimpan relikui tersebut di Saint Chapel yang dibangun khusus untuk itu, dan duri itu kemudian dipatahkan dari mahkota dan diberikan sebagai hadiah kepada orang yang mengawini salah satu keluarga raja. Jan Graffius, kurator di Stonyhurst, mengatakan: "Ini merupakan sebuah objek luar biasa dan kami sangat senang bahwa duri ini menjadi salah satu isi British Museum yang dipamerkan. Duri ini merupakan harta yang tak ternilai harganya." Ujarnya bersemangat.
Di kolese Jesuit yang sudah berusia 400 tahun itu, disebutkan bahwa duri yang disimpan itu merupakan pemberian dari raja Prancis untuk Mary Queen of Scots yang menikah dengan anggota keluarga Kerajaan Prancis. Mary Queen of Scots membawa duri itu ke Holyrood di Edinburgh.
Mahkota ini bisa dilihat secara umum dalam pameran yang diadakan di British Museum dengan tema Treasures of Heaven. Selain mahkota duri, akan dipamerkan juga beberapa peninggalan kudus yang berhasil dikumpulkan. Semuanya diperkirakan berasal dari tahun 1000 - 250 SM. Pameran ini akan berlangsung mulai dari 23 Juni sampai 9 Oktober 2011.
 (Mirifica)

3 hal dalam hidup

3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:

1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^

Time is free but it's priceless, u can't own it but u can use it. U can't keep it but u can spend it =)

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah^^

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya^^


3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.

Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.

Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita^^

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan^^


3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.

Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan^^

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more^^


Patricia Grace

Impuls

Impuls

Senin, 04 April 2011
”…kemerdekaan adalah hak semua bangsa.”

Di tengah gentingnya pemberontakan di Libya kini, di celah-celah perlawanan di Mesir, Tunisia, Yaman, dan Suriah, mungkin tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa ada kalimat seperti itu. Para perumus Konstitusi Indonesia di tahun 1945 memang mencantumkannya dalam Mukadimah dalam suasana dan kondisi yang sangat berbeda: ”kemerdekaan” dalam pengertian mereka lebih berarti ”kemerdekaan” sebuah negeri, atau ”bangsa”, dari penjajahan negeri lain. Kita ingat tahun 1945 adalah tahun awal dekolonisasi di Asia dan Afrika, ketika koloni-koloni melepaskan diri, atau dibebaskan, dari kekuasaan Eropa yang menindasnya.

Tapi agaknya ada yang mempertalikan mereka yang di Indonesia 66 tahun yang lalu dengan mereka yang ingin melepaskan diri dari kungkungan Qadhafi dan para diktator lain hari-hari ini. Sama halnya ada impuls yang sama yang menggerakkan perlawanan di Palestina terhadap pendudukan Israel.

Memang ada yang bisa dikatakan ”universal” dalam dorongan itu. Di depan mahkamah kolonial yang kemudian menghukumnya, di Bandung, tahun 1930, Bung Karno telah menunjukkannya dengan fasih dan menggugah:

…. Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan; diberi penguat atau tidak diberi penguat—tiap-tiap makhluk, tiap-tiap ummat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnja berbangkit, pasti akhirnja bangun, pasti akhirnja menggerakkan tenaganja, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan tjelakanja diri teraniaja oleh suatu daya angkara murka!

Yang umumnya terlupakan dari pidato pembelaan itu adalah tesis dasar Bung Karno: dorongan universal ke arah pembangkangan untuk emansipasi itu sesungguhnya sesuatu yang imanen. Ia lahir dari pengalaman manusia dalam sejarah, dengan jiwa dan raganya, dan bukan sebuah ide dengan ”I” kapital. Ia tak lahir dari luar ruang dan waktu. Saya di atas menyebut kata ”impuls”. Bung Karno bahkan menunjuk gerak perlawanan itu pada cacing sekalipun. Dan itu berarti, ”hak” yang disadari sebagai ”hak”, atau, dalam kata-kata Hannah Arendt, ”hak untuk memperoleh hak”, bukanlah awal. Pada awalnya: jasad yang sakit, hidup fisik dan psikis yang nyata tapi terluka.

Hidup yang seperti itu, pengalaman dengan jiwa dan raga itu, lazimnya akan terbatas, dibatasi ruang dan waktu tertentu. Ia tak akan membuahkan sesuatu yang universal. Tapi yang menakjubkan (atau mungkin tak menakjubkan?) ialah bahwa impuls ke arah kemerdekaan itu dapat menampilkan diri sebagai dorongan mencapai apa yang benar-benar ”baik”—artinya ”baik” bagi siapa saja, di mana saja.

Saya kira revolusi dan perjuangan emansipasi punya dinamika itu: dengan keyakinan bahwa apa yang diperjuangkannya akan jadi sesuatu yang kekal dan diakui semua orang, seorang pejuang menemukan militansinya. Ia merasa mampu dan harus mengatasi kepentingan dirinya sendiri, latar belakang sosial dan budayanya, ikatan-ikatan primordialnya yang lain, termasuk pertalian famili. Tokoh Samaan dalam Keluarga Gerilya Pramoedya Ananta Toer bersedia meniadakan ayahnya sendiri yang berpihak kepada musuh kemerdekaan.

Ada yang mengerikan di dalam militansi itu. Tapi antara kekerasan yang satu dan kekerasan yang lain bisa ada perkara besar yang membedakan. Ada kekerasan terhadap orang lain yang sepenuhnya menegasikan ”yang-lain”—seperti yang dilakukan kaum Nazi dan kaum Taliban. Tapi Robespierre tak seperti itu. Tokoh Revolusi Prancis yang membinasakan banyak musuhnya dan akhirnya ia sendiri dipenggal ini mengucapkan satu pidato yang menyentuh menjelang kejatuhannya. Ia yakin bahwa dalam revolusi yang penuh darah itu ada ”jiwa yang perasa dan murni”.

”Ada gelora hati yang lembut, perkasa, dan tak dapat ditolak, ada siksaan dan keasyikan dari jiwa yang besar: rasa ngeri terhadap tirani, semangat berapi-api yang berbelas hati kepada yang tertindas, cinta yang suci kepada tanah air, dan kasih yang luhur kepada umat manusia….”

Tanpa itu semua, kata Robespierre, ”Sebuah revolusi besar akan hanya sebuah perbuatan kriminal yang gaduh yang menghancurkan perbuatan kriminal lain.”

Robespierre kini mungkin dilupakan sebagai inspirasi. Tapi ia telah memberi makna kepada sebuah impuls yang lahir dari ruang yang terbatas dan tubuh yang tak kekal. Dengan kata lain, manusia melahirkan sesuatu yang transendental dari kemungkinan-kemungkinannya yang muncul sewaktu-waktu.

Maka perjuangan untuk emansipasi di Libya atau Suriah atau Palestina bisa saja kalah, atau terpukul mundur. Tapi, dalam laku para pejuang itu, manusia telah mengangkat manusia lain—juga musuh-musuhnya—ke derajat yang lebih dari sekadar tubuh yang kesakitan dan kemarahan yang sepihak. Aku harus merdeka, dan pada saat yang sama aku yakin manusia lain harus merdeka.


Goenawan Mohamad