Rekan-rekan yang baik!
Baru saja kita rayakan Paskah Kebangkitan
Kristus dan penebusan umat manusia. Juga kita dengar Yesus meniupkan Roh Kudus
ke pada murid-muridnya. Hikmatnya juga ikut menyegarkan batin. Tetapi sekarang
kita kembali ke hidup sehari-hari: mencari nafkah, memikirkan keluarga, masa
depan, karier, pergaulan dengan sejawat. Rasa-rasanya kok kita kembali seperti
dulu, sama saja. Apa arti kebangkitan dan kata-kata indah sebangsanya? Jawaban
bagi serangkaian pertanyaan ini sebetulnya digarap dalam Yoh 21:1-19 yang
dibacakan pada hari Minggu Paskah III tahun C.
KEMBALI KE RUTIN
Demikian juga yang dipikirkan para murid
Yesus. Memang mereka berbesar hati. Namun orang tidak bisa terus-menerus
berbesar hati. Yesus sudah bangkit dan tidak diragukan lagi. Semua percaya.
Lalu? Iman bukan dapur ajaib yang asapnya bisa berkepul terus. Iman tidak
menggebah pergi begitu saja kesulitan rumah tangga, tidak menjawab semua soal
di kantor. Memang seminggu sekali kita biasa ziarah ke oasis rohani sejam,
pulang dibekali kata-kata dan gagasan indah mengenai iman yang mestinya
membikin orang ulet dan tahan banting. Tapi kalau sungguh dibanting beneran apa
betul-betul bertahan? Dan berapa lama?
Itulah sebabnya setelah beberapa waktu Petrus
mengambil keputusan, "Aku mau pergi menangkap ikan." (Yoh 21:3). Dan
maksudnya menangkap ikan sungguhan, bukan ikan kiasan, bukan manusia-manusia
yang akan dikumpulkan dan diajarinya tentang Yesus. Ia mau kembali bekerja seperti
dulu. Kan masih punya kepiawaian sebagai pebisnis ikan danau. Dan pengalaman
mengikuti Yesus dan menyaksikan hal-hal hebat dulu itu rasa-rasanya sudah jadi
lembaran hidup yang mesti ditutup. Bisa diceritakan kepada orang banyak, tapi
sudah selesai. Keadaan sudah berubah. Juga murid-murid lain yang disebut dalam
ayat 2 berpikiran sama. Bertujuh mereka kembali ke pekerjaan mereka. Mumpung
masih punya relasi. Paling tidak kan bisa kembali bekerja pada Firma Zebedeus
& Sons di utara. Dan Yerusalem? Hanya kenangan manis yang makin lirih
kedengarannya.
Catatan eksegese. Mengapa dipakai sebutan
"kedua anak Zebedeus", dan bukan Yakobus dan Yohanes begitu saja?
Tentunya untuk mengingatkan pembaca, kedua murid ini dulu mulai ikut Yesus
ketika masih bekerja dalam perusahaan ikan milik ayah mereka itu (Mat 4:21 dan
Mrk 1:19-20). Petrus dan Andreas katakan saja mitra usaha Zebedeus & Sons
ini (Mrk 1:16-20; Luk 5:10). Tuan Zebedeus memiliki pekerja-pekerja upahan (Mrk
1:20). Istrinya, Salome, dulu mengurus kebutuhan sehari-hari Yesus (Mrk
15:40-41). Jelas keluarga itu cukup berada. Tak heran, sebagai ibu dari
kalangan terhormat, Ny. Zebedeus pernah memintakan kedudukan khusus bagi kedua
anaknya di kanan kiri Yesus (Mat 20:20-21) dan mereka berdua sendiri memang
menyatakan keinginan seperti itu (Mrk 10:37). Bagaimanapun juga perusahaan itu
sambungan nafkah mereka sekarang. Dan bertujuh mereka membangun bisnis
perikanan lagi, syukur dengan mitra-mitra baru.
YESUS DALAM HIDUP SEHARI-HARI
Penampakan yang dikisahkan dalam Yoh 21 lain dari
yang lain justru karena terjadi ketika murid-murid sudah kembali ke kehidupan
biasa, mencari nafkah, meniti hari demi hari. Mereka sudah tidak lagi sempat
memikirkan lagi apa itu kebangkitan atau mengingat-ingat yang diajarkan guru
mereka dulu.
Kali ini Yesus memperlihatkan diri kepada
murid-murid dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seandainya para murid itu
pemilik lahan pertanian, Yesus datang berdiskusi mengenai masalah agrobisnis,
seandainya mereka itu pengajar, Yesus akan hadir dalam pembicaraan soal
teologi, seandainya mereka pemilik bengkel, bisa jadi malah Yesus datang minta
dicek mobilnya kok gasnya sudah tidak galak lagi. Ini kedengaran seperti
khotbah yang melulu mau membumi-bumikan Injil. Tidak! Ini menampilkan kembali
yang mau dikatakan penulis Yoh 21 sendiri. Penjelasannya? Yesus mendatangi
murid-muridnya dalam kehidupan mereka yang nyata. Ia masuk dalam urusan mereka.
Murid-murid semalaman bekerja dan sedikit hasilnya, malah kata penulis Injil
"tidak menangkap apa-apa". Dan hari mulai siang. Murid-murid melihat
ada orang berdiri di pantai. Seperti seorang pemantau keadaan danau. Dan
begitulah perkiraan para murid. Orang itu menunjukkan tempat yang ada ikannya.
Maklum, tempat seperti itu lebih kelihatan bila diamati dari jauh. Ada
tanda-tandanya: burung, air beriak, tanya saja kepada mereka yang ahli.
Dan
orang itu memberi aba-aba supaya jala ditebar di tempat yang ada ikannya. Yesus
yang menampakkan diri kepada para penangkap ikan itu berlaku sebagai orang dari
perusahaan perikanan mereka. Ia memberi tahu mereka agar menebar jala ke arah
kanan (Yoh 21:6). Yesus masuk ke dalam urusan dan kehidupan mereka sebelum
mereka mengenalinya. Hanya satu dari mereka yang menyebut diri "murid yang
dikasihi Yesus" melihat siapa sebenarnya orang itu. Memang sejak melihat
kafan dan penutup muka di makam yang kosong (Yoh 20:8), pikirannya tak lepas
lagi dari gurunya itu. Ia melihatnya ada di mana-mana dan ingin
mempersaksikannya kepada orang-orang di dekatnya. Kali ini ia memberi tahu
Petrus yang juga langsung mengerti. Petrus pun mengenakan kembali pakaian luar
yang tadi dilepaskan (Yoh 21:7) dan datang kepada Yesus. Bukan maksudnya
seperti abdi dalem sowan kraton pakai jas beskap menyandang keris segala. Di
sini pakaian membuat sosok orang dikenali. Agak idiomatik cara bicaranya.
Maksudnya, Petrus datang kepada Yesus untuk memperkenalkan diri. Bukan Petrus
yang dulu, tetapi yang sudah kembali ke hidup sehari-hari itu. Ia mau tahu apa
Tuhan mau menerimanya kembali dalam keadaannya yang sekarang ini.
Di pantai Yesus sudah menyiapkan ikan dan
roti. Mereka hanya diminta menambah lauk dari tangkapan mereka yang melimpah
itu. Maklum "ikan" (ayat 10, Yunaninya "opsarion") di situ
juga berarti makanan yang dipakai lauk, dalam hal ini kebetulan ikan. Pembaca
kisah ini akan teringat episode Yesus memberi makan lima ribu orang dengan roti
dan lauk ikan dalam Yoh 6:1-15. (Dalam Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44 dan Luk
9:10-17 dipakai kata "ikan" yang biasa, "ikhtus", tapi
jelas memang untuk lauk.) Waktu itu murid-murid ini ikut membagikan makanan
tadi. Kini mereka ikut berbagi makanan di tengah-tengah kegiatan mereka
sehari-hari.
Penulis Injil menyebut tak ada yang berani
bertanya siapakah dia itu karena tahu bahwa ia itu Tuhan (Yoh 21:12). Ada
suasana keramat. Mereka sadar Tuhan di situ. Tak perlu macam-macam. Bila diakui
kehadirannya, yang keramat akan memberi ketenangan. Kalau bertanya-tanya bisa
jadi ia akan melejit pergi. Murid-murid diam. Paham. Yesus mendatangi mereka
membagi makanan, memberikan dirinya yang keramat ke dalam hidup sehari-hari,
dan murid-murid membawakan tambahan ikan sebagai lauk, sebagian hasil jerih
payah keringat mereka. Dan ini membuat hidup berlanjut terus. Ini ujud hubungan
dengan Yesus dalam dunia sehari-hari.
PENUGASAN PETRUS
Bagian kedua bacaan ini memuat kisah Yesus
menugasi Petrus untuk mengurusi domba-domba miliknya (Yoh 21:15-19). Bila
dibaca dengan saksama, dalam ayat 15 dan 17 Petrus diminta Yesus agar terus
memberi makan domba-dombanya (bentuk kata kerja Yunaninya menyarankan tindakan
memberi makan yang terus menerus dijalankan, "...tetaplah memberi makan
domba-dombaku!") dan dalam ayat 16 ia diminta agar memelihara terus
domba-domba itu (Yunaninya "...teruskan menggiring domba-dombaku!). Bukan
wewenang menjadi gembala, melainkan permintaan agar menjamin domba-domba itu
tetap terpelihara, tidak terlantar dan selalu terlindung dari bahaya. Gembala
domba-domba itu Yesus sendiri, sang "gembala baik" (Yoh 10:11,14).
Lawan gembala baik bukan gembala jahat melainkan "orang upahan" yang
akan lari bila ada bahaya (Yoh 10:12). Gembala yang baik itu kini mencarikan
orang yang mengurusi domba-dombanya karena ia sendiri berhalangan, antara lain
karena pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat di atas sana bagi semua. Orang
yang diminta mengurus ini ditanya apa betul-betul "mengasihiku lebih dari
orang-orang itu" (Yoh 21:15-17; mengasihi di sini maksudnya setia, loyal).
Tiga kali, berarti amat resmi, dan bersinggungan dengan tugas keramat. Menilik
konteksnya, yang dimaksud "orang-orang itu" tentunya orang-orang yang
tak berloyalitas seperti halnya orang upahan, bukan para murid lain. Petrus dan
orang-orang seperti dia diminta mengurusi domba-domba Yesus, bukan dijadikan
pemilik baru. Seandainya Yesus mengalihkan kepemilikan, pembicaraannya mengenai
dirinya sebagai gembala baik akan kehilangan integritas. Siapa Petrus itu
sekarang bukan pokok yang disorot. Yang sebaiknya diresapi ialah kegembiraan
batin karena sadar Yesus tidak membiarkan domba-dombanya terlantar, tak
terurus, terancam.
KEDUDUKAN YOH 21 DALAM INJIL YOHANES?
Umumnya para ahli berpendapat bahwa Injil
Yohanes berakhir dengan Yoh 20:30-31 yang memang berperan sebagai kata penutup.
Tetapi masih ada kelanjutannya, yakni Yoh 21, yang barusan dibicarakan, dan
yang juga berpenutup, yaitu Yoh 21:24-25. Bagaimana penjelasannya? Yoh 21
ditambahkan oleh muridnya? Pembicaraan ini takkan ada habisnya. Tidak ada
petunjuk pasti bahwa ditulis bukan oleh pengarang yang sama atau berbeda. Bagi
kita sekarang, lebih bermanfaat mendalami kekayaan yang termuat dalam Yoh 21.
Yesus yang telah bangkit itu tidak hanya tinggal di atas sana, melainkan
mendatangi orang-orangnya dalam urusan masing-masing. Ia memasuki kehidupan
kita. Dan oleh karenanya orang-orangnya menerima hidup baru. Satu hal lagi.
Murid-murid membawakan tambahan bagi kebersamaan ini, ikan untuk lauk, dari
tangkapan yang banyaknya 153 ekor ikan besar itu. Tak perlu kita telusuri
panjangnya sejarah tafsir angka-angka itu. Paling membantu boleh jadi
keterangan St. Hironimus. Angka itu mewakili semua jenis ikan yang dikenal para
nelayan waktu itu. Dapat kita lanjutkan gagasan ini. Tangkapan yang menyeluruh
yang dibawakan kepada Yesus itu menambah kebersamaan dan membawa orang mengakui
keramatnya kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Salam hangat,
A. Gianto