InjMg V/C 10 Feb 2013
( Luk 5:1-11)
Rekan-rekan yang
budiman!
Bacaan Minggu
Biasa V tahun C ini ialah Yes 6:1-2a.3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11. Pengalaman
merasakan kehadiran Yang Ilahi memang mempesona tapi sekaligus menggetarkan.
Yesaya terpukau oleh para Serafim yang khidmat memuji kebesaran Tuhan yang Maha
Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa karena mendapati diri
"kotor" Dalam petikan Injil Lukas diceritakan bagaimana Simon
menyaksikan keajaiban yang terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya.
Tetapi ia serta-merta merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus - yang disapanya
sebagai Tuhan - menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi.
Yesaya dan Simon sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.
Namun pada
saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya dibersihkan. Yang kotor
di-"bakar" habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon berkatalah
Yesus, "Jangan takut!" Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan.
Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar.
Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan
Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya.
Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang dan
membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa
terpukau atau gentar yang pasif melulu.
Ada tiga tahap
pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang mendapati diri
dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa tak pantas, namun
akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu dengan ikhlas, tanpa
takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang cocok. Pengalaman ini
menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan yang bakal membawa orang-orang
kepada Dia, bukan hanya membawakan Dia kepada manusia. Inilah inti panggilan
rasul.
PANGGILAN UNTUK "MENJALA
MANUSIA"
Dalam teks Yunani
Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia" berbunyi
"anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau
akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke
kehidupan". Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi
suruhan kepada Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan
seperti ini berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat
sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini
dalam Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan
Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan Kerajaan
Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal menaruh
peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah kedatangan
Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah Kerajaan Surga bagi
Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan bahwa murid-murid
dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Injil Lukas
mengolah bahan ini lebih jauh:
-
Pertama-tama Lukas memisahkan pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dari
panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru setelah
Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit (Luk
4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid pertama itu
sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil mengikutinya secara
penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya setapak demi setapak.
-
Kemudian Lukas menggarisbawahi satu arti "menjala manusia" yakni,
seperti dijelaskan di atas, agar manusia menemukan sumber kehidupan - yakni
Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai ungkapan Yunani "halieis
anthropou" yang harfiahnya "nelayan/penjala manusia", tanpa
penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.
-
Akhirnya Lukas menyoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia
memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil
Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes (Yoh
21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang berlimpah-limpah itu
dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk memelihara domba-domba
Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka (Yoh 21:15-17). Ia tidak
diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah gembala mereka dari awal
sampai akhir!
Peran khusus
Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah pengakuan
Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon disebut Yesus
sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal terkalahkan oleh maut, dan
pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan seperti ini tidak didapati dalam
Injil lain.
Jelas bahwa
Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama Simon Petrus,
tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya secara khusus.
Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh kedua tahun 60-an,
peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima tanpa perlu diceritakan
asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada upaya untuk menjelaskan bahwa
peran ini memang berasal dari penugasan oleh Yesus sendiri. Upaya ini tercermin
dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes.
DIALOG AKTUALISASI
HAR: Uraian
tentang "menjala manusia" menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama dalam
menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?
GUS: Sabar.
Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan bahwa sebetulnya
yang mengemban tugas itu terutama bukan orang perorangan melainkan kelompok
orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.
HAR: Maksudnya
kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?
GUS: Betul. Dan
kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas "merenggut umat manusia dari
maut" itu tugas Gereja.
HAR: Dijalankan
dengan membaptis? Mewartakan sabda?
GUS: Antara lain.
Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan ukuran-ukuran ritual
belaka. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan dari yang bisa
dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk mengenal Yang Baik dan
mengikuti Dia. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya Kerajaan Allah. Gereja
perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan
zaman sekarang.
HAR: Termasuk
kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat?
GUS: Tentu. Lihat
tuh keuskupan Purwokerto yang sedang membuat terobosan baru dengan kepedulian
sosial yang terarah dan yang melibatkan pelbagai lapisan orang. Langkah-langkah
kecil seperti itu bila ditelateni akan membawa kita melangkah jauh lho. Ini
satu bentuk "merenggut umat manusia dari kuasa maut" tadi.
HAR: Dan kita
para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda itu pudar. Kepada
orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service alias "mung
kélangan abab" kata orang Jawa.
GUS: Kembali ke
"menjala manusia" dalam pengertian "merenggut umat manusia dari
kuasa maut". Kenyataan "maut" itu panjang: kemelaratan,
kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, dan banyak lagi, you name it.
HAR: Gereja bisa
mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk bersama-sama merenggut manusia
dari serentetan ujud "maut" itu Kan?
GUS: Bila bisa
mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin besar.
HAR: Setuju. Dan
orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang merasa tak dilupakan
Tuhan.
GUS: Dan bukan
memperlakukan mereka sebagai komoditi kerasulan. Begitulah tanggapan orang
beriman terhadap Kristus yang bangkit yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor
15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan keselamatan yang dapat dialami secara
nyata, maka kata Paulus, kita ini "sia-sia saja menjadi percaya"
(ayat 2).
Salam hangat,
A. Gianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar